Frekuensi kejahatan dalam transaksi keuangan (Fraud Finansial) di Indonesia terus meningkat, menurut Fraud Typologies Whitepaper GBG lebih dari 56% bisnis di Indonesia telah menjadi korban dari berbagai bentuk Fraud Digital. Peningkatan aktivitas Fraud dalam transaksi keuangan ini berupa pencurian identitas, Fraud Sintetis, hingga serangan social engineering yang semakin canggih.
Pada 2023, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kenaikan 25% dalam kasus pencurian identitas, yang menyebabkan kerugian lebih dari Rp 500 miliar. Yang lebih menghawatirkan, para penjahat memanfaatkan teknologi terbaru, seperti AI dan deepfakes untuk menjebol sistem keamanan dan mengeksploitasi kelemahan digital.
Fraud Identitas Sintetis menjadi kasus yang paling sering saat ini, dimana para pelaku kriminal menggabungkan data asli dan palsu untuk menciptakan identitas baru yang menyebabkan kerugian besar terhadap kredibilitas bisnis dan keamanan data.
Untuk mengatasi ancaman ini, penting untuk mengidentifikasi beberapa langkah penting yang dapat digunakan oleh bisnis-bisnis di Indonesia, di antaranya:
1. Meningkatkan sistem verifikasi identitas dengan AI dan machine learning untuk mendeteksi pola halus perilaku pengguna.
2. Memberikan edukasi kepada tim tentang ancaman social engineering seperti phishing dan smishing, yang mempengaruhi 67% bisnis tahun sebelumnya.
3. Menerapkan pemantauan Fraud secara berkelanjutan untuk menangkap aktivitas mencurigakan sejak dini, sebelum eskalasi dilakukan lebih lanjut.
Sumber : finance.detik.com
<< Kembali